Ilmu Komunikasi

Membangun Komunikasi Efektif di Keluarga

19.15.00Rafles Abdi Kusuma, S.Ikom, M.A

Membangun Komunikasi Efektif di Keluarga
Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Januari 12th, 2007


ADA cerita menarik dari Stephen Covey - penulis buku Seven Habits - ketika hendak mengubah kebiasaan anaknya yang selalu menghabiskan waktu di depan televisi. Ia mengatakan, “Saya tahu pasti apa yang akan terjadi bila saya memberi batasan pada mereka: teriakkan tidak puas, keluhan, dan gejala penarikan diri yang kasar”.

Apa yang ia lakukan? Covey mengajak mereka untuk berkumpul dan mendiskusikan banyak hal tentang televisi. Setelah semuanya paham tentang apa dan bagaimana televisi tersebut, ia kemudian memberi penekanan terhadap dampak buruk bila terlalu banyak nonton. Ia pun mengutip sebuah penyataan dari Alexander Pope tentang kemaksiatan:

Kemaksiatan adalah monster yang sangat menakutkan,Untuk dibenci bukan untuk dilihat,Namun dilihat terlalu sering, kenal dengan wajahnya,Mulanya kita tegar, lantas iba, kemudian merangkulnya.

Di akhir pembicaraan, Stephan Covey mengungkapkan bahwa usahanya tersebut berhasil dengan suatu keputusan bahwa semua anggota keluarga akan membatasi diri dalam menonton televisi; hanya satu jam setiap hari. Semua senang dan tidak ada yang melanggar, karena telah menjadi keputusan bersama.

KISAH di atas memberi gambaran kepada kita bahwa komunikasi yang efektif adalah satu hal penting dalam keluarga. Tentu sangat masuk akal, karena hampir 80 % waktu kita digunakan untuk berkomunikasi. Baik tidaknya sebuah keluarga, sangat dipengaruhi baik tidaknya komunikasi yang ada di dalamnya.

Komunikasi tidak terbatas “hanya” pada penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain saja. Ada hal mendasar yang harus ada agar komunikasi berjalan lancar, yaitu kepercayaan. Sebagus apapun materi komunikasi, bila tidak dilandasi kepercayaan, maka komunikasi akan menjadi sulit dan tidak efektif.

Kunci komunikasi adalah kepercayaan, dan kunci kepercayaan adalah layak dipercaya. Nah, di sini integritas diri memainkan peranan penting. Integritas adalah fondasi utama untuk membangun komunikasi yang efektif. Integritas diri menggambarkan kesesuaian antara kelakuan dengan apa yang dikatakan. Di dalamnya terkandung pula unsur kejujuran.

BICARA masalah komunikasi di keluarga, tentu peran orangtua menjadi sangat penting. Kualitas komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua berkomunikasi kepadanya. Komunikasi akan sukses apabila orangtua memiliki kredibilitas di mata anaknya. Begitu pula komunikasi suami istri akan efektif bila keduanya telah saling percaya.

Bagaimana caranya agar komunikasi di keluarga bisa efektif? Ada lima hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Respek
Komunikasi harus diawali dengan saling menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (feedback) dari si penerima pesan. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di sekitanya.

2. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain.

Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya.

Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga.

3. Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.

4. Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia).

5. Rendah Hati
Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak memandang rendah, lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kelembutan itu apabila ada pada sesuatu ia akan memperindahnya, dan apabila ia tercerabut dari sesuatu akan tercelalah ia”. (Ems)

source : http://hums07.multiply.com/journal/item/26

You Might Also Like

0 komentar

Mohon bila ingin di copy. beri koment ke saya..terima kasih..!!! Butuh Informasi bisa isi formulis Kontak (mohon isi email asli agar saya bisa membalas segera) Terima Kasih

Popular Posts

Formulir Kontak