Media Massa

Tantangan Media Online

22.30.00Rafles Abdi Kusuma, S.Ikom, M.A

Tantangan Media Online

Saya beranggapan, kita semua pastilah memahami apa itu media online, sehingga dengan demikian tidak perlu dijelaskan apa defenisi media online. Saya juga beranggapan kita semua mengerti perbedaan media online dengan cetak, televisi, cetak dan radio.

Dengan perbedaan ini, maka setiap media punya tantangan sendiri. Media online, karena mengutamakan masalah kecepatan berita, maka unggul dalam pemunculan berita. Berita jam ini muncul jam ini, berita hari ini muncul hari ini, berita kemarin, tidak dimunculkan lagi karena telat. Berita telat adalah jatahnya media cetak, bukan online.

Lantas bagaimana dengan televisi yang selalu juga memunculkan berita secara menit ke menit? Memunculkan berita hanya dengan modal peta dan narasi dari anchor yang membaca narasi berita tanpa visual kejadian, atau sekedar running text? Kalau menurut saya, itu namanya, televisi radio online! Televisi yang asli, harusnya muncul dengan tayangan audio visual!

Lantas apa keunggulan media online? Yang pertama media online unggul karena tidak ada sinetron di sana! Kemudian bisa menyajikan liputan yang aktual saat itu juga melalui medium yang hampir semua orang memilikinya saat ini, handphone! Data yang ada menunjukkan, pengguna handphone di Indonesia mencapai 80 juta orang, dan pasarnya terus bertambah dengan pesat.

Terminologi internet sudah berubah. Bukan lagi layar lebar komputer 14 inchi, kabel telepon maupun modem. Tetapi menjadi sebuah benda kecil dan ringan di dalam saku. Layanan seluler yang terbaru menjanjikan kemudahan akses internet. Perangkat handphone yang mendukung General Packet Radio Service (GPRS) memungkinkan orang bisa berinternet di mana saja, sepanjang sinyal GPRS tersedia.

Handphone yang bisa internetan itu, sekarang sedang mode. Tidak mantap kesannya kalau handphone cuma bisa miskol dan SMS saja. Harus yang bisa internet. Internet sudah semakin dikenal di Indonesia. Hal ini sudah mengurangi satu tantangan media online. Pada awal-awal media online mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 1998-an, reporter media online umumnya mendapat dua pertanyaan dari narasumber. Pertanyaan pertama, dari media apa, nah setelah setelah disebutkan dari media online anu yang muncul di internet, narasumbernya balik nanya: internet itu apa?

Kondisinya sekarang sudah berubah. Secara statistik bisa dilihat dari laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Pada tahun 1998 pengguna internet di Indonesia berjumlah sekitar 512 ribu, namun tahun 2006 sudah meningkat jadi 20 juta dan pada akhir 2007 jumlahnya sudah meningkat pesat jadi 27 juta pengguna. Indonesia pun menjadi negara ke 13 sebagai pengakses internet tertinggi di dunia. Peringkat pertama pengakses internet dunia diduduki Amerika Serikat (AS), peringkat kedua China, sedangkan satu tingkat di atas Indonesia adalah Kanada.

Namun yang memiriskan hati, Indonesia juga masuk kategori tertinggi sebagai negara paling banyak mengakses situs yang menawarkan pornografi. Urutan pertama adalah Pakistan, disusul India, Mesir, Turki, Algeria, Maroko, dan Indonesia di peringkat ketujuh. Setelah Indonesia ada Vietnam, Iran, dan Kroasia.

Lepas dari adiktif pornografi itu, tingginya jumlah pengakses internet d dalam negeri tidak lepas dari semakin mudahnya mengakses internet. Kemudahan ini juga berperan positif bertambahnya media online di Tanah Air. Ada beberapa nama baru yang meramaikan bursa media online di Indonesia. Tidak sekedar tampil, media baru ini langsung menohok dan memicu persaingan dengan media lama. Memberikan alternatif-alternatif dan pilihan berita yang lebih fokus. Selebritis, foto, ekonomi dan sebagainya. Layanan berita model televisi yang online juga tersedia. Semakin banyak media, semakin banyak referensi untuk membandingkan kebenaran sebuah berita.

Di sejumlah daerah juga sudah bermunculan situs berita yang bersifat lokal. Memberitakan hanya hal-hal yang terjadi dalam lingkup provinsi atau kota saja dan sesekali berita nasional yang berpengaruh terhadap situasi di daerahnya. Ke depan, persaingan akan semakin ketat. Masalahnya, siapa yang akan bertahan?

Manajemen Media Online

Secara umum manajemen media itu, terbagi pada dua bidang. Redaksi dan nonredaksi. Redaksi mengurusi berita yang disajikan, nonredaksi merupakan dukungan bagi redaksi untuk keberlanjutan sebuah media. Strukturnya saja berbeda.

Tim redaksi biasanya dipimpin seorang pemimpin redaksi, kemudian di bawahnya redaktur pelaksana, redaktur, desk/ kompartemen dan lainnya hingga ke level reporter. Bergantung seberapa mekar organisasinya. Sementara nonredaksi dikepalai pemimpin perusahaan atau direktur utama, kemudian kepala keuangan, kepala personalia, kepala satpam, hingga bagian kebersihan kantor.

Dalam media online, struktur redaksi dan nonredaksinya ya seperti itu juga. Tidak ada yang baku. Terserah masing-masing saja. Satu hal selalu mirip, media online biasanya beroperasi selama 24 jam. Kalau tidak beroperasi selama 24 jam, tetap saja media online, tetapi tidak ideal.

Berapa banyak berita yang harus ditayangkan selama 24 jam itu, juga tidak ada patokannya. Seberapa banyak yang bisa saja. Selama berita yang disajikan masih merunut pada prinsip-prinsip berita, tentu tidak ada masalah.

You Might Also Like

0 komentar

Mohon bila ingin di copy. beri koment ke saya..terima kasih..!!! Butuh Informasi bisa isi formulis Kontak (mohon isi email asli agar saya bisa membalas segera) Terima Kasih

Popular Posts

Formulir Kontak