Media Massa

SISTEM MEDIA MASSA dan TEORI KOMUNIKASI MASSA

19.08.00Rafles Abdi Kusuma, S.Ikom, M.A

SISTEM MEDIA MASSA dan
TEORI KOMUNIKASI MASSA


A.Sistem Media Massa
Untuk memahami dan mengtahui apakah sistem media massa maka kita perlu mengingat kembali apa pengertian dari kata “sistem” itu sendiri. Menurut Littlejohn, 1989:35, Sistem adalah seperangkat atau kesatuan objek, dalam mana objek satu dengan yang lainya berkaitan, bahkan saling ketergantungan. Jadi dalam pemahaman tentang sistem media massa, ada seperangkat atau kesatuan objek, yang antara objek yang satu dengan yang lainya saling berkaitan, bahkan saling ketergantungan. Krena adanya sifat saling berkaitan dan ketergantungan maka sudah tentu dalam pelaksanaannya antara suatu objek dengan objek lainya bersifat saling mempengaruhi.
Operasionalisasi fungsi dan tujuan media massa di suatu negara ditenyukan olehbeberapa unsur. Menurut McQuail (1987). Unsur-unsur tersebut antaralain :
- Society (Komunitas) atau Nation (Bangsa)
- Media Owners (Pemilik media)
- Dominant Class (Kalangan yang berpengaruh)
- Subordinate Class (Masyarakat Umum)
- Mass Comunicators (Komunikator Massa)
- Volces in Society ()
- Media Audience (Audien media)
Untuk lebih jelasnya, gambaran hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan media massa dapat mempengaruhi kepentingan nasional akan menentukan mekanisme operasionalisme media massa dalam menjalankan fungsi dan tujuannya. Sedangkan bagi kalangan tertentu, khususnya pemuka pendapat, media massa merupakan alat yang digunakan sebagai infrastruktur kekuasaan.
Pada bagian komunikator massa, khususnya wartawan dan karyawan media massa tersebut, yang diutamakan adalah kepuasan profesi. Hal ini berbeda bila dilihat dari kacamata para pemilik media dan pengusaha, karena bagi dua kalangan yang terakhir disebut ini media massa merupakan sarana bisnis.
Dari gambaran dan penjelasan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa pada praktiknya media massa dihadapkan pada berbagai kepentingan, yang kadang bisa sejalan, tapi tak jarang malah saling berbenturan. Untuk itukelangsungan hidup suatu media skan sangat bergantung pada kemampuan media itu sendiri dalam menjaga keseimbangan di antara berbagai kepentingan yang ada, sehingga tidak terjadi benturan kepentingan, kalaupun sampai ada benturan maka akibatnya masih bisa diatasi.
Dalam sejarah perkembangan media massa dunia, Siebert, Schram dan Peterson (1956) dalam bukunya yang berjudul The Four Theories of The Pers, sistem media massa di suatu negara ada empat teori pers (bisa juga dikatakan sebagai empat sistem media massa). Keempat teori itu adalah :
- Authoritaria,
- Libertarian
- Social Responsibility dan
- Social Totalitarian.
Sedangkan dari Dennis McQuail dalam bukunya yang berjudul Mass Communication menambahkan lagi dua teori pers pada teori-teori sebelumnya., yaitu :
- Sistem Media MassaPpembangunan dan
- Demokratik Partisipant.
Untuk lebih jelas perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya maka akan diuraikan sebagai berikut :

1. Sistem Media Massa Otoriter
Teori ini mulai berkembang di Inggris sekitar abad ke 16-17 berdasarkan falsafahkekuasaanmutlak kerajaan. Tujuan utama dari sistem ini adalah mendukung kebijaksanaan pemerintah dan mengabdi kepada yang sedang berkuasa. Pihak-pihak yang dapat menggunakan media adalah mereka yang mendapay izin dari pemerintah tersebut, dan media juga dikontrol oleh pemerintah bahkan kadang juga disensor.media tidak boleh mengkritik mekanismepemerintah atau pejabatnya. Ciri khas sistem ini adalah media hanya dijadikan alat yang efektif bagi kepentingan pemerintah.

2. Sistem Media Massa Bebas (Libertarian)
Pertama kali muncul di Inggris setelah tahun 1688 bersumber pada karya-karya Milton, Locke, dan Mill dengan berfalsafahkan rasionalitas dan hak-hak alam. Sistem ini bertujuan memberikan Informasi, menjual, dan menghibur,juga mengontrol pemerintah sebagai tujuan serta ciri khas dari sistem ini. Sedangkan untuk medianya sendiri dikontrol oleh kebebasan berfikir dalam menemukan kebenaran. Pada sistem ini hal-hal yang tidak boleh dilakukan adalahmelakukan penghinaan atau pencemaran nama baik, memuat semua hal yang berbau pornografi, dan melawan pemerintah ketika dalam keaadaan perang.

3. Sistem Media Massa Social Responsibility
Sistem ini dikembangkan di Amerika Serikat pada abad 20-an, Asumsi dasarnya adalah dari rumusan beberpa komisi pers, dan para praktisi jurnalistik, juga dari tulisan W.E. Hocking beserta kode etik media. Tujaun dari sistem media yang bertanggungjawab sosial adalah memberi informasi, menghibur, juga menjual, tapi terutama mengangkat konflik pada forum diskusi.
Para pengguna medianya adalah siapa saja yang merasa punya sesuatu untuk disampaikan (disuarakan) dan media ini dikontrol oleh pendapat masyarakat (Community Opinion), tindakan konsumen, dan etika profesi (Profesional Ethics). Yang tidak boleh dilakukan pada sistem ini adalah memuat tulisan-tulisan yang melanggar hak-hak pribadi yang diakui oleh hukum, dan sesuatu yang menggaggu ketenangan atau malahmeresahkan masyarakat. Ciri pokok dari sistem ini adalah bahwa media harus memenuhi kewajiban sosialnya.

4. Sistem Media Massa Social Totalitarian
Sistem ini bisa juga disebut sebagai sistem media massa soviet totalitarian karena pertama kali lahir di soviet dan berkembang di negara-negara komunis di eropa timur. Asumsi dasar sistem soviet ini adalah dari karya-karya Marxisme, Leninisme, dan pembaharuan pada pemikiran Hegel, juga cara berfikir rusia pada abad ke-19. Sedangkan tujuan utama dari sistem ini adalah membantu mewujudkan dan menyukseskan keberlangsungan sistem sosialisme soviet. Tentu saja para pengguna media ini adalah orang-orang yang ortodok dan loyal pada partai komunis, sehingga kontrol terhadap media dilakukan dengan pengawasan yang ketat serta berdasarkan kebijakan politik dan ekonomi dari pemerintah. Yang tidak boleh dilakukan adalah mengkritik tujuan dan kebijaksanaan partai, karena media-media pada sistem ini bioasanya dimiliki oleh pemerintah.

5. Sistem Media Massa Pembangunan
Sistem ini muncul pada tahun 60-an dan menjadi model yang ditiru leh banyak negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Prinsip-prinsip dari sistem media massa pembangunanadalah :
- Media melaksanakan tugas-tugas positif dari pembangunan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.
- Kebebasan media perlu dibatasi sesuai dengan prioritas ekonomi dan kebutuhan masyrakat dalam pembangunan.
- Media perlu memprioritaskam informasinya kepada negara-negara berkembang lainnya yang memiliki kedekatan secara geografis, politik, dan budaya.
- Demi kepentingan pembangunan negara berhak untuk ikut campur dalam mengeluarkan batasan-batasanseperti melakukan penyensoran, pemberian subsidi dsb.

5. Sistem Media Massa Demokratik Partisipant
Sistem ini muncul agak belakangan dan diterapkan di negara-nagara yang menganut paham liberal. Lebih difokuskan pada pemberdayaan masyarakat secara lebih egaliter. Sebenarnya sistem ini muncul sebagai reaksi dari pola komersialisme dan monopoli kepemilikan media, serta sentralisme dan birokrasi lembaga-lembaga siaran publik. Prinsip-prinsip dasarnya adalah :
o Setiap warga negara dan kelompok minoritas berhak memperoleh akses pada media (Right to Communicate).dan hak untuk dilayani sesuai dengan kebutuhan yang mereka tentukan sendiri.
o Organisasi media dan isi berita tidak perlu tunduk pada pengendalian birokrasi pemerintah.
o Keberadaan media lebih ditujukan pada kepentingan khalayaknya.

Di Indonesia sistem media massa-nya sangat khas krena memiliki idiologo dan falsafah sendiri yaitu Sistem pers yang berdasarkanpada pancasila.



6. Sistem Media Massa Pancasila
Prinsip-prinsipnya adalah :
- Memepertahankan, membela, mendukung. Dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murbi dan konsekuen.
- Memperjuangkan pelaksanaan Amanat Penderitaan rakyat yang berdasarkan pada Demokrasi Pancasila.
- Meperjuangkan kebenaran dan kleadilan yang berlandaskan pada kebasan pers.
- Membina persatuan dan menentang imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, feodalisme, liberalisme, komunisme, dan fasisme.
- Menjadi penyalur pendapat umumyang konstruktif dan progresif.
B. Teori Komunikasi Massa

1. Hypodermic Needle theory
Teori jarum hipodermik menyatakan pesan dikirimkan langsung mengenai sasarannya, yakni penerima pesan yang dilepaskan seperti peluru yang langsung mengenai sasaran (audience). Teori ini berasumsi bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang yang lebih pintar dari audience.
Sehingga ada dugaan, media bisa menundukkan audience sedemikian rupa atau bahkan bisa membentuk sikap mereka dengan cara apapun yang dikehendaki media. Namun, Intinya media massa dalam teori ini mempunyai efek langsung “disuntikkan kedalam ketidaksadaran audience”.

2. Cultivation Theory
Teori kultivasi pertama kali dikenalkan oleh George Gerbner, dalam tulisannya yaitu: “Living with Television: The Violenceprofile”, Journal of Communication.
Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa berperan sebagai agen sosialisasi, karena media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu, kemudian media memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu kerpada anggotanya yang kemudian mengikatnya bersama-sama. Sehingga audien akan memiliki kecenderungan sikap yang sama.



3. Cultural Imperialism Theory
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973, dalam tulisannya yaitu : Communication and Cultural Domination. Dominasi media di seluruh dunia dipegang oleh negara Barat, hal ini dikarenakan media Barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media dunia ketiga.
Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara maju, saaat itulah terjadi penghancuran budaya asli di negara ketiga (Imperialisme budaya Barat).

4. Media Equation Theary
Byron Reeves dan Clifford Nass (proffesor jurusan komunikasi Universitas Stanford Amerika), memperkenalkan pertama kali teori ini (1996), dalam tulisannya The Media Equation: How People treat computers, television, and new media like real people and places.
Teori ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face.

5. Spiral of Silence theory
Teori spiral keheningan/kesunyian, pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984 oleh Elizabeth noelle-Neumann (seorang professor emeritus penelitian komunikasi dari institute fur Publizizttik Jerman), dalam tulisannya yang berjudul The Spiral of Silence. Inti dari teori ini ialah ingin menjawab pertanyaan, mengapa orang-orang dari kelompok minoritas sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas? sebab sesungguhnya orang sering merasa perlu menyembunyikan ‘sesuatu”-nya ketika berada dalam kelompok mayoritas agar mereka tetap diterima pada tempat dimana dia berada.

6. Technological Determinism Theory
Pada tahun 1962 Marshall McLuhan mengemukakan teori ini, dalam tulisannya the Guttenberg galaxy :The Making of Typographic man. Adapun ide dasar dari teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri.
McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi, yang dalam pikirannya ada beberapa tahap, Pertama, penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, Teknologi menyediakan pesan dan membentuk perilaku kita sendiri.

7. Diffusion of Innovation theory
Pada Tahun 1994, Paul Lazarfeld, Bernard Berelson dan H. Gaudet memunculkan teori diffusi-inovasi dalam artikel mereka yang berjudul The People’s choice. Di dalam Teori Diffusi-inovasi ini, dikatakan bahwa komunikator yang mendapatkan pesan dari media massa sangat kuat untuk mempengaruhi orang-orang. Ketika ada inovasi (penemuan), lalu disebarkan (difusi) melalui media massa akan kuat mempengaruhi massa untuk mengikutinya.
Dalam Teori ini juga sangat memperhatikan peran dari Pemimpin Opini (Opinion Leader) dalam mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Media massa lah yang punya pengaruh yang kuat dalam menyebarkan penemuan baru.

8. Uses and Gratifications theory
Teori kegunaan dan kepuasan dikenalkan pada tahun 1974 dalam buku The Uses of Mass Communications: Current Perspectives on Gratification reaserch, yang dibuat oleh herbert Blumer dan Elihu Katz. Teori ini mengatakan bahwa penggunaan media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media, atau bisa dikatakan bahwa pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi.
Teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna memmpunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

9. Agenda Setting theory
Pada tahun 1973, Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali memperkenalkan teori agenda setting ini, dalam publikasi pertamanya yang berjudul “The Agenda setting Function of The Mass Media” Public Opinion Quarterly no. 37.
Toeri penyusunan agenda ini mengatakan media (khususnya media berita) tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar hasil kita lakukan.
Media memberikan agenda-agenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan mengikutinya.

10. Media Critical Theory
Teori Media kritis adalah alternatif baru dalam usaha memahami seluk beluk media dan bagaimana media itu harus selalu bersikap untuk tidak mengukuhkan status quo. Beberapa pengajur teori kritis mengidentifikasi ketidakbebasan para praktisi media yang membatasi kemampuannya untuk melawan kekuasaan yang mapan.
Teori kritis sering menganalisis secara khusus lembaga sosial, penyelidikan luas untuk yang dinilai objektif adalah mencari dan mancapai. Teori ini juga menjelaskan bahwa isi produksi itu tidak terhindarkan dari memperkuat status quo.





Daftar Pustaka
Nurudin. Komunikasi Massa. Cespur ; Malang,2004

You Might Also Like

0 komentar

Mohon bila ingin di copy. beri koment ke saya..terima kasih..!!! Butuh Informasi bisa isi formulis Kontak (mohon isi email asli agar saya bisa membalas segera) Terima Kasih

Popular Posts

Formulir Kontak